Ada keyakinan aku mewarisi
sebagian bakat dan kecerdasan dari bapak, tapi meyakini juga ibuku berperan
penting atas pencapaian yang kudapat hingga sekarang. Beberapa kali ibu bilang,
“Anaknya ibu pasti bisa!”. Meski nampak sekali keinginan perkataannya diterima,
lebih besar ketimbang kesadaran atas keyakinannya itu. Lantas beliau
memperjelas alasan perkataannya dengan cerita kedua orang tuanya yang buta
aksara, tetapi mampu menyekolahkan kelima putrinya hingga tamat wajib sekolah
(di jaman itu), hingga menikahkan mereka, bahkan masih bisa meninggalkan tanah
warisan di beberapa tempat.
Kemudian kisah itu didukung, saat
satu waktu masku yang tertua bilang, “Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini,
(kecuali ketentuan Allah)”.
Yea, ngga terelakkan lagi.
Sebagai anak ragil, masku yang anak tengah pun berhasil
meyakinkanku bahwa, “Aku adalah apa yang aku yakini”. Penjelasan gampangnya,
jika seseorang meyakini dirinya memiliki daya tarik, meski tampilannya biasa,
orang lain tetap memandangnya sebagai seorang yang mempesona.
Tumbuh dengan didikan semacam itu
dari keluarga. Kini saat merantau muncul pertanyaan.
Kenapa aku ga kangen pulang
ke rumah?